“I think someone has put a curse on us or something,” keluh penjaga gawang Manchester United David de Gea saat diwawancarai media Spanyol, El Pais.
MU kena kutuk atau ada seseorang yang menaruh sesuatu yang membuat klub asal kota Manchester itu semakin terpuruk baik itu di segala kompetisi. Begitu kira-kira pikiran kiper kelahiran Madrid, Spanyol, yang dibeli MU dari Atletico Madrid pada 2011 ini.
Sepertinya, de Gea yang mengantongi gaji mingguan £375,000 ini kebingungan menjelaskan penyebab klub tempatnya merumput.
Kepada wartawan yang mewawancarainya, pria yang kini berusia 31 tahun itu juga mengaku kalau dirinya semakin frustasi atas gejolak yang terjadi di Old Trafford dalam beberapa tahun terakhir.
MU: Raksasa Pelit Bermental Kurcaci
Pada musim kompetisi 2021-2022 ini saja MU sudah mengawalinya dengan performa buruk yang membuat Ole Gunnar Solskjaer dipecat dari tampuk pimpinan kepelatihan klub berjuluk Setan Merah itu. Kedatangan megabintang Cristiano Ronaldo dari Juventus sejak awal musim kompetisi seolah ambyar begitu saja. Kemudian masuklah Ralf Rangnick sebagai pengganti Ole.
Rangnick yang datang ke MU dengan status interim membawa taktik yang kemudian populer dengan nama Gegenpressing. Sial bagi Rangnick, taktik kreasinya itu malah membuat depresi anak-anak asuhannya. Alhasil, performa klub besutannya justru semakin anjlok. Terakhir, MU tersingkir dari ajang Piala FA setelah dipecundangi Middlesbrough lewat drama untung-untungan adu penalti.
Seperti kata de Gea, MU memang seolah kena kutuk. Dalam lima pertandingan terakhir di segala kompetisi hanya dua pertandingan yang berhasil dimenangkan. Sisanya, satu kali menelan kekalahan dari Middlesbrough dan seri ketika melawan Burnley dan Southampton.
Ada komentar Zlatan Ibrahimovic yang menarik tentang MU. Menurut bintang sepak bola asal Swedia itu, MU memiliki mental kerdil dan tertutup.
“One thing surprised me: everyone thinks of United as a top club, one of the richest and most powerful in the world and seen from the outside it looked that way to me. But once I was there I found a small, closed mentality,” tulis Ibrahimovic dalam otobiografinya “Adrenaline” seperti yang dikutip TheAthletic.com.
Ibrahimovic yang dikenal bermulut besar itu kemudian menceritakan pengalamannya bersama MU. Katanya, MU pernah memotong £1 dari gajinya untuk jus yang dibeli Zlatan dari mini bar hotel tempat MU menginap.
Klub yang mayoritas sahamnya dimiliki keluarga Glazer ini, menurut Forbes, membukukan asetnya senilai US$4,2 miliar. Dengan aset yang dimilikinya itu, klub yang berdiri pada 1878 itu menjadi yang terkaya di daratan Inggris. Sementara, di Eropa, kekayaan penyabet 3 juara UEFA Champion League ini kalah dari Barcelona, Real Madrid, dan Bayern Munich.
Tetapi, dengan kekayaan yang dimilikinya, MU terlihat lembek sehingga kerap menjadi bahan olok-olok penggemar sepak bola sejagat. Sampai pekan ke-25 musim 2021-2022, MU menduduki tempat ke-5 klasemen sementara dengan mengantongi 40 poin, jauh tertinggal dari Manchester City yang sudah meraih 63 poin.
Sebenarnya, prestasi MU tidak buruk-buruk amat. Sekalipun dalam lima tahun terakhir tidak pernah merebut gelar mayor, MU dua kali menempati runner up English Premier League. Pada musim kompetisi 2020-2021, MU di bawah Ole berhasil finish di tempat kedua dengan 74 poin, melewati Liverpool yang hanya mampu mengumpulkan 69 poin.
Namun, permainan MU memang dianggap buruk dalam beberapa tahun terakhir. Pada akhir Desember 2019, misalnya, MU yang kala itu dimanageri Jose Mourinho harus menerima kekalahan menyakitkan 1-3 dari Liverpool. Akibatnya, MU memberi hadiah natal berupa pemecatan kepada Mourinho.
MU yang selama dekade 1990-an merajai Inggris kini seperti singa yang nyaris tanpa auman. Karena frustasi yang menekannya, De Gea sampai berpikir kalau MU kena kutuk atau ada seseorang yang meletakkan sesuatu untuk melemahkan MU. Singatnya, de Gea menduga-duga kalau MU kena santet atau teluh atau voodoo.
Bukan MU yang Kena Santet, tapi Liverpool
De Gea salah besar. Bukan MU yang kena kutuk, tapi Liverpool. Dari aset yang dimiliki, Liverpool tidak kalah mentereng dari MU. Klub berjuluk The Reds ini menyimpan total kekayaan US$4,1 miliar atau hanya terpaut US$0,1 miliar dari MU. Meski demikian, prestasi pemilik stadion Anfield ini sangat mengecewakan.
Prestasi Liverpool memang moncer pada 2018-2019. Klub yang dibentuk pada 1892 ini berhasil menjuarai sejumlah mayor, khususnya UEFA Champion League pada 2019. Namun, pada tahun berikutnya, performa Liverpool semakin merosot.
Pada musim 2019-2020, klub yang digadang-gadang sebagai yang terkuat di galaksi Bima Sakti ini nyaris “pulang” tanpa membawa satu pun gelar. Pada musim itu, Liverpool harus mengangkat koper satu per satu dari FA Cup, Carabao Cup, Piala Liga (EFL Cup). Dan yang lebih menyakitkan lagi, klub yang dibintangi Mohamed Salah itu harus hengkang dari UEFA Cup setelah dipecundangi Atletico Madrid dalam babak 16 besar.
Benar, Liverpool berhasil membawa pulang trofi English Premier League musim kompetisi 2019-2020. Namun, lantaran pandemi Covid-19, kompetisi yang terakhir kali dijuarai Liverpool 30 tahun silam itu sempat ditunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Pada masa penundaan itu, muncul usulan untuk menghentikan kompetisi yang membuat musim itu tanpa juara.
Beruntung, bagi Liverpool, kompetisi akhirnya dilanjutkan meski tanpa penonton. Dan, pada 25 Juni 2020, Liverpool yang nyaris tanpa kekalahan mengakhiri musim kompetisi dengan menempati posisi puncak klasemen. Jurgen Klopp dan tim asuhannya pun merayakan kemenangan bersama penggemarnya.
Tapi, kenapa Liverpool yang dalam dua tahun sebelumnya begitu kuat dengan ketajaman barisan depannya nyaris puasa gelar?
Jawabannya, karena LIverpool kena kutuk. Kutukan ini jatuh setelah Gini Wijnaldum melanggar pantangan dengan menyentuh “This Is Anfield”.
Gegara kutukan itu, sampai sekarang performa Liverpool belum juga membaik.