Pasien Satu Covid-19
Pada 13 Maret 2020, SCMP membocorkan dokumen rahasia pemerintah China tentang Covid-19. Judulnya beritanya “Coronavirus: China’s first confirmed Covid-19 case traced back to November 17“
Sontak bocoran itu langsung memviral. Sejumlah media tanah air pun adu cepat memberitakannya.
Berita yang oleh SCMP diberi label “Exclusive” ini mengungkapkan tentang pasien pertama Covid-19 yang kala itu masih dikenal dengan nama corona.
Menurut SCMP, pasien pertama Covid-19 adalah lelaki berusia 55 tahun yang tinggal di Provinsi Hubei, China. Ia diketahui terjangkit virus corona pada 17 November 2019.
Tetapi, “but ‘patient zero’ has yet to be confirmed”, tulis media asal China itu.
Jadi, siapa pasien nol atau zero Covid-19?
Sampai saat ini belum ada satu pun media yang menginformasikannya. Mungkin karena media belum mendapatkan bocorannya.
Ini Dia Pasien Zero Covid-19 yang Dicari WHO
Baru-baru ini tanpa sengaja pertanyaan di atas menemukan jawabannya. Pesien Zero ternyata orang Indonesia asal Medan yang sekarang tinggal di Banjarmasin.
Sayangnya, demi mematuhi hukum, identitas pasien zero atau nol dirahasiakan. Tapi, untuk gampangnya sebut saja “Salsabila”.
Begini ceritanya.
Beberapa hari yang lalu Salsabila mengaku meriang, pilek, batuk-batuk, tenggorokan sakit, kepala puyeng kliyengan tujuh keliling. Katanya lagi, matanya juga terasa panas.
“Covid,” katanya yakin.
“Kok tahu?” tanya saya.
“Iya. Pasti Covid. Ciri-cirinya begitu.””
“Sekarang kan cuaca sedang gak jelas. Bisa saja gara-gara cuaca,” bantah saya.
“Indera penciuman juga hilang. Lidah juga begitu. Makan apa aja gak kerasa,” lanjut Salsabila.
“Coba cium bau-bau yang nyengat, kayak kayu putih, bawang putih, kelek, kaos kaki juga bisa.” Saya mencoba memberi saran.
Kemarin pagi kami ngobrol lagi.
“Sudah baikan?” tanya saya.
“Mendingan. Berat badan juga turun,” jawab Salsa girang bukan kepalang.
“Bagus dong.”
” Iya. Tapi, penciuman masih hilang,” jawab Salsabila. “Sampe tadi pagi masakan gosong gak kecium.”
“Masakan gosong gak kecium?” Saya pura-pura kaget mendengarnya.
“Iya.” Salsa sedikit kesal. “Masa gak percaya.”
“Bukan begitu, Sa.” Saya diam beberapa saat.
“Kan Salsa ngaku sering kegosongan… Minggu-minggu kemarin bilang masak bandeng presto kegosongan sampe tinggal mata bandengnya aja. Bulan kapan cerita buat bika ambon kegosongan sampa bika jadi brownis,” sambung saya.