Sebaliknya, jajaran PSI dan Garuda masih terbelah. Sebagian mendukung Prabowo. Tak sedikit yang menjatuhkan pilihannya kepada Ganjar.
Pencapresan Ganjar akan Dianulir
Di kubu lain, yakni pengusung Ganjar, berlangsung situasi yang serupa. PPP diduga kuat akan hengkang dan bergabung ke poros pengusung AMIN. Seperti Golkar, sebagian elit dan kader PPP juga masuk ke dalam barisan Kuning Ijo Biru.
Bahkan dibanding poros Prabowo, poros pengusung Ganjar lebih rapuh. Pasalnya, sejumlah elit dan kader PDIP masih belum sepenuhnya menerima Ganjar sebagai capres yang akan diusungnya. Setidaknya ada tiga kelompok di internal PDIP yang masih ogah-ogahan mendukung Ganjar.
Selain disebabkan keroposnya koalisi, PDIP pun masih ragu atau tidak percaya diri menjadikan Ganjar sebagai jagoannya.
Sebagai gambaran. Pada Pilpres 2019, Jokowi yang didukung parpol-parpol besar, seperti PDIP, PKB, Nasdem, dan Golkar, hanya sanggup meraih 55,5 persen suara. Padahal, ketika itu Jokowi nyapres sebagai calon petahana dan mendapat dukungan kuat dari kalangan NU.
Ganjar bukanlah Jokowi. Ganjar tidak memiliki pengaruh besar sebagai vote getter sebagaimana Jokowi. Raihan suara Ganjar pada Pilgub Jawa Tengah 2018 bisa dijadikan acuannya. Dan, jika membandingkan hasil hasil Pilgub Jateng 2018 dengan rilis-rilis survei, bisa disimpulkan bila elektabilitas Ganjar saat ini sejatinya tidak setangguh seperti yang dinarasikan oleh rilis-rilis survei
Apakah rilis survei Pilpres 2024 tidak bisa dipercaya?
Ya!
Lihat saja survei SMRC yang dgelar pada itu 5-8 September 2023. Pada survei ini sebanyak 16,38 persen responden menjawab tidak tahu. Sekilas angka tersebut wajar karena Pilpres 2024 masih enam bulan lagi.
Kejanggalan survei SMRC terlihat jika membaca hasil survei sebelumnya. Menurut survei SMRC yang dilakukan pada 30-31 Mei 2023, responden yang menjawab tidak tahu hanya 9,4 persen.
Jadi, menurut survei SMRC, semakin jauh dari hari H Pilpres, responden yang menjawab tidak tahu semakin kecil. Sebaliknya semakin dekat hari H, responden yang menjawab tidak tahu semakin besar
Normalnya, semakin mendekati hari H Pilpres, angka “tidak tahu” menurun seiring penurunan undecided voter. Penurunan ini dikarenakan semakin mendekati hari H Pilpres, semakin besar jumlah responden yang telah menentukan pilihannya.