Fakta Ganjar Pranowo Bukanlah Capres Kuat Seperti Rilis Survei

Adanya kejanggalan pada hasil survei Charta Politika tersebut mengisyaratkan ada sesuatu pada tingginya tingkat elektabilitas Ganjar.

“Survei Charta Politika: Elektabilitas Ganjar Moncer dan Dianggap Bisa Teruskan Program Jokowi,” tulis Tempo.co untuk berita yang diturunkannya pada 15 Mei 2023. 

Menurut Charta Politika, tulis Tempo.co, dalam simulasi tiga nama yang disurvei pada 2-7 Mei 2023, Ganjar Pranowo berada di puncak klasemen sementara dengan tingkat elektabilitas 38,2 persen, disusul Prabowo Subianto 31,1 persen, kemudian Anies Baswedan 23,6 persen. 

“Dari ketiga nama tersebut, terlihat adanya peningkatan elektabilitas pada nama Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Sementara Anies Baswedan terlihat mengalami kecenderungan menurun sebagaimana terlihat pada tren yang disajikan,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam keterangannya kepada media.

Bila mengikuti hasil survei yang dirilis Charta Politika dan sejumlah lembaga survei lainnya, Ganjar Pranowo memang merupakan capres terkuat di antara dua capres lainnya, Prabowo dan Anies.

Tapi, jika dicermati, Ganjar Pranowo sejatinya bukanlah capres yang kuat. Bahkan, bisa dikatakan, Ganjar adalah capres yang lemah.

Menang Pilgub Jateng 2013 karena Jokowi’s effect

Dalam Pilgub Jawa Tengah 2013, Ganjar Pranowo dan pasangannya, Heru Sudjatmoko, meraih 48,82 persen. Padahal, jagoan PDIP dan pasangannya itu maju dengan bermodalkan elektabilitas rendah. Hanya 8,4 persen versi survei Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP) yang diketahui merupakan anak perusahaan Lingkaran Survei Indonesia.

Hebatnya lagi, Ganjar dan pasangannya mampu mengalahkan calon petahana, Bibit Waluyo dan pasangannya  Rustriningsih. Tak sampai di situ, kala itu juga Ganjar sempat mendapat penolakan dari sejumlah kader PDIP pendukung pencaguban Rustriningsih.

Ganjar memang unggul. Tapi, jika dicermati, kemenangan luar biasa tersebut sebenarnya tak lepas dari peran Jokowi dan Jokowi’s effect-nya yang saat itu masih moncer-moncernya.

Saat itu, saking kuatnya Jokowi’s effect, sejumlah pasangan calon kepala daerah yang dikampanyekan Jokowi mampu meroketkan tingkat elektabilitasnya, bahkan nyaris menang.

Di Sumatera Utara, elektabilitas Effendi Simbolon dan pasangannya meroket dari 7,4 persen versi survei menjadi 24,34 persen suara versi KPUD Sumut. Pasangan ini kalah dari calon petahana Gatot Pujo Nugroho dan pasangannya yang berhasil meraup 33,00 persen suara.